1. Walisongo (Wali Sembilan)
Di
kalangan masyarakat Islam Jawa, banyak orang mempercayai bahwa wali
yang menyebarkan Islam di Jawa berjumlah sembilan orang, sesuai dengan
kata “songo”. Sebenarnya jumlah mereka tidak tepat sembilan, tetapi
lebih. Namun lebih dikenal adalah sembilan wali (wali songo).
- Sunan Gresik (Malik Ibrahim, Maulana)
Maulana
Malik Ibrahim atau Syekh Magribi yang dalam babad Jawa disebut Makdum
Brahim Asmara. Beliau adalah saudara Maulana Ishak dengan memperistri
putri Campa dan melahirkan dua orang putra, yaitu Raden Rahmat (Sunan
Ampel) dan Syaid Aki Murtadha atau Raden Santri. Beliau adalah putra
dari Raden Jumadil Qubro. Maulana Malik Ibrahim datang ke Jawa tahun
1404 M yang menurut Babad Tanah Jawi bukan datang dari Campa, tetapi
menurut namanya beliau berasal dari Samarkandi di Asia
Kecil. Pernyataan dari Babad Tanah Jawi tidak bertentangan, sebab dari
Asia Kecil beliau bermukim dulu di Campa. Maulana Malik Ibrahim
menyebarkan agama Islam dengan cara melayani kebutuhan sehari-hari
masyarakat yang diajaknya. Beliau dakwah dengan diplomasi yang ulung,
tidak menyinggung perasaan orang yang didakwahnya, bahkan membesarkan
hati. Hal tersebut menunjukkan betapa tinggi ilmu yang dimiliki oleh
syekh Maulana Malik Ibrahim. Hal ini dapat diketahui dalam kisah-kisah
yang pernah dialaminya, misalnya dalam kisah tentang Kepala perampok.
Maulana Malik Ibrahim tidak turun sendiri dalam menghadapinya, tetapi
murid-muridnya saja dapat mengalahkan kepala perampok. Maka, dapat
disimpulkan betapa saktinya dia. Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419 M
dan dimakamkan di Gresik pada nisanya terdapat tulisan Arab yang
menunjukkan bahwa dia adalah seorang penyebar agama yang cakap dan
gigih. Dalam bahasa Indonesia
tulisan itu berbunyi :”inilah makam almarhum almagfur yang berharap
rahmat Tuhan, kebanggaan para pangeran, sendi pada sultan dan para
menteri, penolong para fakir miskin, yang berbahagia dan syahid
cemerlangnya simbol negara dan agama” Maulana malik ibrahim terkenal
dengan nama Kake Bantal.
b. Sunan Ampel (Campa Aceh, 1401- Ampel, Surabaya 1481 M)
Nama
aslinya Raden Rahmat. Ia adalah putra Maulana Malik Ibrahim dari
istrinya bernama Dewi Candrawulan. Sunan Ampel adalah penerus cita-cita
serta perjuangan Maulana Malik Ibrahim dan terkenal sebagai perencana
pertama kerajaan Islam di Jawa; ia memulai aktivitasnya dengan
mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya, sehingga ia dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur.
Di pesantren inilah Sunan Ampel mendidik para pemuda Islam untuk
menjadi tenaga da’i yang akan disebar ke seluruh Jawa. Diantara pemuda
yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku yang kemudian terkenal
dengan nama Sunan Giri, Raden yang kemudian menjadi sultan pertama
kesultanan Islam di Bintoro, demak, Raden Makdum Ibrahim (Putra Sunan
Ampel sendiri) yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Bonang Syaridudin
yang kemudian dikenal dengan Sunan Drajat, Maulana Ishak yang pernah
diutus ke daerah blambangan untuk mengislamkan rakyat di sana dan banyak
lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam Islamisasi Pulau Jawa.
Sunan Ampel tercatat sebagai perancang Kerajaan Islam pertama di Pulau
Jawa dengan ibu kota di Bintoro, Demak. Dialah yang mengangkat Raden
Fatah sebagai sultan pertama Demak, yang dipandang punya jasa paling
besar dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara. Disamping
itu Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1479
bersama wali-wali yang lain. Ketika mendirikan Masjid tersebut, para
wali mengadakan pembagian tugas. Sunan Ampel diserahi tugas memuat salah
satu dari saka guru (tiang kayu raksasa) yang kemudian dipasang di
bagian tenggara. Tiga tiang besar yang lain dikerjakan oleh Sunan
Kalijaga untuk tiang sebelah timur laut (bukan berupa tiang utuh, tetapi
berupa beberapa balok yang diikat menjadi satu yang disebut “saka
tatal”) Sunan Bonang untuk tiang sebelah barat timur, Sunan Gunung Jati
untuk tiang sebelah barat daya, sementara bagian-bagian lain masjid
dikerjakan oleh para wali yang lain
c. Sunan Bonang (Ampel Denta, Surabaya 1465 – Tuban 1525)
Dianggap
sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran
Islam di pesisir utara Jawa Timur. Ia adalah putra Raden Rahmat dari
perkawinannya dengan Dewi Candrawati dan merupakan Saudara sepupuh Sunan
Kalijaga. Ia terkenal dengan nama Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau
Raden Ibrahim (Makhdum adalah gelar yang biasa diberikan kepada seorang
ulama besar di India dan berarti orang yang dihormati). Dari
perkawinannya dengan Dewi Hiroh ia memperoleh seorang putri bernama Dewi
Rukhil yang kemudian diperistri Sunan Kudus. Setelah belajar Islam di
Pasai, Aceh Sunan Bonang kembali ke Tuhan, Jawa Timur untuk mendirikan
pondok pesantren. Santri-santri yang menjadi muridnya berdatangan dari
berbagai daerah. Setelah sunan Ampel wafat, pesantren yang
ditinggalkannya tidak lagi mempunyai pemimpin resmi. Maka untuk mengisi
kekosongan itu, Sunan Bonang memprakarsai musyawarah para wali untuk
membicarakan siapa yang akan memimpin pesantren tersebut. Hasil
musyawarah wali memutuskan untuk mengangkat Raden Fatah menjadi
pengganti almarhum Sunan Ampel. Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam
secara mendalam kepada Raden Fatah, putra raja Majapahit Prabu
Brawijaya V yang kemudian menjadi sultan pertama Demak. Catatan-catatan
pendidikan tersebut kini dikenal dengan “Suluk Sunan Bonang” atau
“Primbon Sunan Bonang” Isi buku tersebut berbentuk prosa ala Jawa
Tengah, kalimatnya sangat banyak dipengaruhi bahasa Arab, dan sampai
sekarang masih tersimpan di Universitas Leiden Negeri Belanda.
d. Sunan Giri (Blambangan, Pertengahan abad Ke-15 – Giri 1500 M)
d. Sunan Giri (Blambangan, Pertengahan abad Ke-15 – Giri 1500 M)
Nama
aslinya Raden Paku, disebut juga Prabu Satmata dan kadang-kadang
disebut Sultan Abdul Fakih. Ia adalah putra dari Maulana Ishak yang
ditugaskan Sunan Ampel untuk mengembangkan agama Islam di Blambangan.
Salah seorang saudaranya juga termasuk Walisongo, yaitu Raden Fatah
(Sunan Gunung Jati) dan ia mempunyai hubungan keluarga dengan Raden
Fatah karena istri mereka bersaudara.Ketika usianya beranjak dewasa,
Raden Paku belajar agama di Pondok Pesantren Ampel Denta (pimpinan Sunan
Ampel) dan disana bertema baik degan Raden Maulana Makdum Ibrahim,
putra Sunan Ampel yang kemudian terkenal dengan Sunan Bonang. Dalam
suatu perjalanan ibadah haji menuju Mekah, kedua santri ini lebih dahulu
memperdalam pengetahuan di Pasai yang ketika itu menjadi tempat
berkembangnya ilmu ketuhanan, keimanan dan tasawuf. Disini Raden Paku
sampai pada tingkat ilmu laduni sehingga gurunya menganugrahinya gelar
Ai Al Yaqin karena itulah ia kadang-kadang dikenal masyarakat dengan
sebutan Raden Ainul Yakin. Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang
berjiwa demokratis. Ia mendidik anak-anak melalui berbagai permainan
yang berjiwa agama. Misalnya jelungan, jamuran, gendi ferit, jor, gula
ganti, cublak-cublak suweng, ilir-ilir dan sebagainya. Ia juga dipandang
sebagai orang yang sangat berpengaruh terhadap jalannya roda kesultanan
Demak Bintoro (Kesultanan Demak) sebab setiap kali muncul masalah
penting yang harus diputuskan wali yang lain selalu menantikan keputusan
dan pertimbangannya.
e. Sunan Drajat (Ampel Denta, Surabaya, sekitar Tahun 1470 Sedayu, Gresik pertengahan abad ke-16)
Nama
aslinya Raden Kosim atau Syarifudin tetapi karena ia dimakamkan di
daerah Sedayu, maka kebanyakan masyarakat awam mengenalnya sebagai Sunan
Sedayu.Menurut Silsilah, Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dari
istri kedua bernama Dewi Candrawati. Ia mempunyai enam saudara seayah
seibu diantaranya Siti Syareat (istri Raden Usman Haji), Siti
Mutma’innah (Istri Raden Muhsin), Siti Sofiah (istri Raden Usman Ahmad,
Sunan Malaka), dan Raden Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang),
disamping itu ia mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu yaitu Dewi
Murtasiyah (istri Raden Fatah) dan Dewi Murtasimah (istri Raden Paku
atau Sunan Giri), Istrinya sendiri Dewi Sifiyah adalah putri Sunan
Gunung Jati. Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah
perhatiannya yang sangat serius pada masalah-masalah sosial. Ia terkenal
mempunyai jiwa sosial dan tema-tema dakwahnya selalu berorientasi pada
kegotongroyongan. Ia selalu memberi pertolongan kepada umum, menyantuni
anak yatim dan fakis miskin sebagai suatu proyek sosial yang dianjurkan
agama Islam.
f. Sunan Kalijaga (akhir Abad ke-14 Pertengahan abad ke-15)
Terkenal
sebagai seorang wali yang berjiwa besar, berpandangan jauh berpikiran
tajam, intelek, serta berasal dari suku Jawa Asli. Nama Kalijaga konon
berasal dari rangkaian bahasa Arab qadi zaka yang berarti pelaksana dan
membersihkan. Qadizaka yang kemudian menurut lidah dan ejaan menjadi
Kalijaga berarti pemimpin atau pelaksana yang menegakkan kebersihan atau
kesucian. Nama Asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Syahid dan
kadang-kadang dijuluki Syekh Malaya. Ayahnya bernama Raden Sahur
Tumenggung Wilatikta yang menjadi bupati Tuban, sedang ibunya bernama
Dewi Nawang Rum. Daerah operasi dakwah Sunan Kalijaga tidak terbatas,
bahkan sebagai mubaligh ia berkeliling dari satu daerah ke daerah lain.
Karena sistem dajwahnya yang intelek dan aktual maka para bangsawan dan
cendekiawan sangat simpati terhadapnya, demikian juga lapisan masyarakat
awam, bahkan penguasa, berdakwahnya tidak monoton, sesekali diisi
dengan cerita-cerita humor yang mendidik, sekaligus menarik perhatian.
Jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian bukan hanya terlihat pada wayang
dan gamelan, tetapi juga dalam seni suara, seni ukir, seni busana, seni
pahat dan kesusastraan. Banyak corak batik yang oleh Sunan Kalijaga
diiberi motif burung. Burung dalam bahasa Kawi disebut kukula. Kata
tersebut ditulis dalam Bahasa Arab menjadi qu dan qila yang berarti
“peliharalah ucapanmu sebaik-baiknya” dan menjadi salah satu ajaran etik
Sunan Kalijaga melalui corak batik.
g. Sunan Kudus (Abad ke-15 – Kudus 1550)
Nama
aslinya Ja’far Sadiq, tetapi sewaktu kecil dipanggil Raden Undung.
Kadang-kadang ia dipanggil dengan Raden Amir Haji, sebab ketika
menunaikan ibadah haji ia bertindak sebagai pimpinan rombongan (amir).
Sunan Kudus adalah putra Raden Usman Haji, yang menyiarkan Islam di
daerah Jipang Panolan, Blora. Menurut silsilah Sunan Kudus masih
mempunyai hubungan keturunan dengan Nabi Muhammad SAW. Silsilah
selengkapnya : Ja’far Sadiq bin Raden Usman Haji bin Raden Pendeta bin
Ibrahim as-Samarkandi bin Maulana Muhammad Jumadalkubra bin Zaini
Al-Husein bin Zaini Al-Kubra bin Zainul Alim bin Zainul Abidin bin Sayid
Husein bin Ali ra. Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus
dan sekitarnya dan dia memiliki keahlian khusus dalam bidang ilmu agama,
terutama dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadits, tafsir, serta
logika. Karena itulah diantara Walisongo hanya ia yang mendapat julukan
Wal Al-ilmi (orang yang luas ilmunya) dan karena keluasan ilmunya ia
didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.
Disamping menjadi juru dakwah, Sunan Kudus juga menjadi panglima perang
Kesultanan Demak Bintoro yang tangguh dan dipercaya untuk mengendalikan
pemerintahan sekaligus pemimpin agama di daerah tersebut.
h. Sunan Muria (abad ke-15 – abad ke-16)
Salah
seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan Islam di
pedesaan Pulau Jawa adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar
Said, atau Raden Said sedang nama kecilnya adalah Raden Prawoto, namun
ia lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan
dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara
kota Kudus sekarang). Sunan Muria juga terkenal sebagai pendukung setia
Kesultanan Demak Bintoro dan berperan serta dalam mendirikan Masjid
Demak. Dalam rangka dakwah melalui budaya ia menciptakan tembang dakwah
Sinon dan Kinanti.
i. Sunan Gunung Jati (Mekkah, 144-Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat 1570)
Salah
seorang dari Walisongo yang bayak berjasa dalam menyebarkan Islam di
Pulau Jawa terutama di Jawa Barat juga pendiri kesultanan Cirebon. Nama
aslinya Syarif Hidayatullah dialah pendiri Dinasti Raja-raja Cirebon dan
kemudian juga Banten. Sunan Gunung Jati adalah cucu raja Pajajaran,
Prabu Siliwangi. Dari perkawinan Prabu Siliwangi dengan nyai Subang
Larang, lahirlah dua putra dan satu putri, masing-masing bernama Raden
Walangsungsang, Nyi Lara Santang dan Raja Sengara. Setelah Nyai Subang
Larang wafat, Raden Walangsungsang keluar dari keraton tidak lama
setelah itu adik perempuannya menyusul. Keduanya belajar agama Islam
kepada Syekh Datu Kahfi (Syekh Nurul Jati) di Gunung Jati Ngamparan
Jati. Setelah 3 tahun belajar, mereka diperintahkan gurunya utuk ibadah
haji ke Mekah. Di Mekah, Nyai Lara Santang mendapat jodoh yaitu Maulana
Sultan Mahmud (Syarif Abdullah) seorang bangsawan Arab yang berasal dari
Bani Hasyim. Setelah menunaikan ibadah Haji, Raden Walangsungsang
kembali ke Jawa dan menjadi juru labuhan di Pasambangan yang kemudian
berkembang menjadi Cirebon. Sementara itu Nyai Larang Santang melahirkan
Syarif Hidayatullah setelah dewasa, Syarif Hidayatullah memilih
berdakwah ke Jawa daripada menetap di tanah Arab. Dia kemudian menemui
Raden Walangsungsang yang sudah bergelar Pangeran Cakrabuana. Setelah
pamannya itu wafat, ia menggantikan kedudukannya dan kemudian berhasil
meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kesultanan, ia kemudian
terkenal dengan gelar Sunan Gunung Jati. Menurut Purwaka Caruban Nagari,
Sunan Gunung Jati sebagai salah seorang Walisongo mendapat penghormatan
dari raja-raja lain di Jawa seperti Kerajaan Demak dan Pajang. Karena
kedudukannya sebagai raja dan ulama ia diberi gelar Raja Pandita.
Sejarah Islam – Awal Mula Islam di Indonesia
Sejarah Awal Mula Islam – Tahukah Anda tentang Awal Mula Sejarah Islam di dunia maupun sejarah masuknya islam di Indonesia?
Pada kesempatan kali ini awalmula.com akan berbagi informasi untuk
menambah ilmu pengetahuan kita terutama tentang sejarah agama islam.
Karena mempelajari sejarah sangatlah penting sebagaimana firman Allah
SWT dalam kitab suci al-Qur’an ayat 111 yang artinya “mempelajari
sejarah terdapat ibrah (pelajaran). Mengapa demikian? Karena dengan
mempelajari sejarah di masa lampau, kita dapat mengambil pelajaran untuk
masa yang akan datang sebagai planning atau konsep yang lebih baik. Dan
tentunya kita semua tahu hadist Rasulullah SWT yang berbunyi “Hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari
hari ini”. Untuk itu marilah kita selalu mempelajari sejarah-sejarah
yang ada didunia sebagai konsep hidup yang lebih baik.
Risalah
Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada abad
ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt.
Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga
Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun,
kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah,
Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal,
India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di
dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul
dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak
kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di
abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa.
Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam
terakhir tumbang.
Jazirah
Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati
oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala
dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah
tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala
mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta Ka’bah
yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Nabi
Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia
merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal
dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad
menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia.
Namun,
ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat
Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran Islam secara
tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal sebagai
“as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan
seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada
tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa
ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah
pembuatan kalender Hijirah.
Penduduk
Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw. dengan hasil
yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama
kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota
Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di
bawah penguasaan Islam.
1. Babak pertama, abad 7 masehi (abad 1 hijriah).
Pada
abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke
Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan
bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi
dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur
perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara.
Sejak
awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan
sebagai dai (juru dakwah). Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan hanya
kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam
Islam. Sedangkan di agama lain hanya golongan tertentu yang mempunyai
otoritas menyebarkan agama, yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam Syahid
Hasan Al-Bana “ Nahnu du’at qabla kulla syai“ artinya kami adalah dai
sebelum profesi-profesi lainnya.
Sampainya
dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang
sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami sekaligus
memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berbenalan
dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan sebagai manusia dan ini yang
membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam.
Sebagai contoh masuknya agama Kristen ke Indonesia ini berbarengan
dengan Gold (emas atau kekayaan) dan glory (kejayaan atau kekuasaan)
selain Gospel yang merupakan motif penyebaran agama berbarengan dengan
penjajahan dan kekuasaan. Sedangkan Islam dengan cara yang damai.
Begitulah
Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara, dari komunitas-komunitas
muslim yang berada di daerah-daerah pesisir berkembang menjadi kota-kota
pelabuhan dan perdagangan dan terus berkembang sampai akhirnya menjadi
kerajaan-kerajaan Islam dari mulai Aceh sampai Ternata dan Tidore yang
merupakan pusat kerajaan Indonesia bagian Timur yang wilayahnya sampai
ke Irian jaya.
2. Babak kedua, abad 13 masehi.
Di
abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di
Nusantara. Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat
khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun
kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan
Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang
merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam
pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai
bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih
bersifat lokal.
Pada
abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu
ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo
mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui
saluran-saluran:
a) Perdagangan
b) Pernikahan
c) Pendidikan (pesantren)
Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan
juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar
dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam.
Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
d) Seni dan budaya
Saat
itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya
yaitu wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan
sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang
menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya
egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan
dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan
Bagong.
Para Wali juga menggubah
lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid
sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara
adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
e) Tasawwuf
Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran agama Islam.
3. Babak ketiga, masa penjajahan Belanda.
Pada
abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda
kedaerah Nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya
menjajah. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC,
semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara dijajah oleh Hindia Belanda
kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara belum
sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan
proses penyebaran dakwah terpotong.
Dengan
sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara
aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan
oleh para Ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, mengubah
pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri
(peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap
melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Hampir
seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah
adalah kaum muslimin beserta ulamanya.
Potensi-potensi
tumbuh dan berkembang di abad 13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap
penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa
kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan perjuangan.
Ulama-ulama menggelorakan Jihad melawan kaum kafir yaitu penjajah
Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan
strategi-strategi:
• Politik
devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu
domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di
Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
• Mendatangkan
Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang Guru Besar
keIndonesiaan di Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis
yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat agar
pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah
mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik
praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah
satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan
ibadah Haji karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan
terhadap penjajahan.
4. Babak keempat, abad 20 masehi
Awal
abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau
politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan
masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di
Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada
bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk
mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Qur’an dan hadist dan
akan dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan
untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin pegang oleh lagi oleh
orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh
masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang
pemimpin-¬pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan
bangsawan.
Strategi
perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat
organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat
Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di
Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata
sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah
Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena
itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama
daripada Budi Utomo.
Tokoh
Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin
organisasi tersebut pada usia 25 tahun, seorang kaum priyayi yang karena
memegang teguh Islam maka diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa.
Ia bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah seorang inspirator utama
bagi pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam di bawah
pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan Belanda.
Tokoh-tokoh Serikat Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis,
yang membina para pemuda yang tergabung dalam Young Islamitend Bound
yang bersifat nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun
1928.
Dakwah Islam
di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti
lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain.
Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam
‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis
Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah para pimpinan
institusi-institusi ke-Islaman tersebut.
Di
masa pendudukan Jepang, dilakukan strategi untuk memecah-belah kesatuan
kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang dengan membentuk kementrian
Sumubu (Departemen Agama). Jepang meneruskan strategi yang dilakukan
Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang Jepang yang faham dengan Islam
yaitu Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama di pusat dengan
di daerah, sehingga ulama-ulama di desa yang kurang informasi dan
akibatnya membuat umat dapat terbodohi.
Pemerintahan
pendudukan Jepang memberikan fasilitas untuk kemerdekaan Indonesia
dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan lebih mengerucut lagi menjadi Panitia
Sembilan, Panitia ini yang merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni
1945. Piagram Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk menggambarkan
adanya keragaman Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup
bersama. Tetapi ada kalimat yang kontroversi dalam piagam ini yaitu
penghapusan “7 kata “ lengkapnya kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi para pemeluk-pemeluknya yang terletak pada alinea keempat setelah
kalimat Negara berdasarkan kepada Ketuhan Yang Maha Esa.
5. Babak kelima, abad 20 & 21.
Pada
babak ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri
terjadinya globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam
internasional secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih
utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia
tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung
dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara
struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara manusiawi,
dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra
(kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun
ekonomi masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan
(pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang perekonomiannya
berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di
Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam
yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan di
Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi
masih menjadi tanda tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan
kuantitasnya.
1 komentar:
Harrah's Cherokee Casino Resort - MapyRO
Harrah's Cherokee Casino Resort is located 창원 출장마사지 in Murphy, 상주 출장안마 North Carolina. 구미 출장안마 It is owned 충청북도 출장안마 by the Eastern 성남 출장마사지 Band of Cherokee Indians. Harrah's Cherokee Casino
Posting Komentar